BIOGRAFI IMAM ABU HASAN AL-ASY'ARIE (4)

Written By WONG LASKAR IKTAFA on Senin, 23 April 2012 | 07.00

4. Latarbelakang keluarnya imam al-asyari dari Mu’tazilah

menurut data sejarah yang pernah di sampaikan oleh para ulama seperti Al Hafizh ibn Asyakir Al Dimasyqi, Syamsudi Ibnu Kholikan, Al Imam Tajuddin Al Subki dll. setidaknya ada 2 hal yang melatar belakangi perpindahan Al Asy’ari dari mu’tazilah ke Ahlu sunnah waljama’ah.

Pertama: ketidakpuasan Al Asy’ari terhadap ideologi mu’tazillah yang selalu mendahulukan Akal tetapi tidak jarang menemukan jalan buntu dan mudah di patahkan oleh argumentasi akal yang sama. Ketidak puasan Al Asy’ari dapat di lihat dengan memperhatikan beberapa hal antara lain dengan memperhatikan riwayat yang menyatakan bahwa sebelum Al Asy’ari keluar dari aliran mu’tazilah. beliau tidak keluar rumah selama 15 hari, kemudian pada hari jum’at setelahnya, beliau keluar ke masjid ja’mi dan menaiki mimbar dengan berpidato :

“Sebenarnya saya telah menghilang selama 15 hari ini, selama itu saya meneliti semua dalil-semua ajaran yang ada, ternyata saya tidak menemukan jalan keluar. Dalil yang satu tidak lebih kuat dari pada dalil yang lain lalu aku memohon petunjuk kepada Allah ta,ala dan ternyata Allah ta,ala memberikan petunjuknya kepadaku untuk meyakini apa yang saya tulis dalam beberapa kitab ini. Mulai saat ini aku mencabut ajaran yang selama ini Aku yakini”.

Kemudian Al Asy’ari menyerahkan beberapa kitab yang di tulisnya sesuai dengan ajaran Ahlu sunnah waljama’ah kepada orang-orang di sana di antaranya adalah kitab Al-luma fi al-radd’ala ahl al-zaygh wa al-bida kitab yang memaparkan kerancuan mu’tazilah yang bejudul kasyf al-astar wa hatk al asrar dan kitab-kitab lain. Setelah kitab tersebut di baca oleh kalangan Ahli hadits dan fuqoha dari kalangan Ahlu sunnah waljama’ah mereka mengambil isinya, menadopsinya, meyakini kehabatan Al Asy’ari dan menjadikannya sebagai panutan 9

Ketidakpuasan Al Asy’ari dengan faham mu’tazilah tersebut dapat di lihat dengan memperhatikan riwayat lain yang mengisahkan perdebatannya dengan AlJubba’i :

Al Asy’ari :”Bagaimana pendapatmu tentang nasib 3 orang yang meninggal dunia, satunya orang mukmin , satunya orang kafir dan satunya lagi anak kecil” ?

Al Jubba’i : “orang mukmin akan memperoleh derajat yang tinggi, orang kafir akan celaka dan anak kecil akan selamat.

Al Asy’ari : “Mungkinkah anak kecil tersebut meminta derajat yang tinggi kepada Allah “?

Al Jubba’i :”oh ‘tidak mungkin karena Allah akan berkata kepada anak itu”orang mukmin itu memperoleh derajat yang tinggi karena amalnya”,sedangkan kamu belum sempat beramal jadi kamu tidak bisa memperoleh derajat itu”.

Al Asy’ari : “Bagaimana kalau anak kecil itu menggugat kepada Allah dengan berkata”Tuhan itu bukan salah ku,”andaikan aku di beri umur panjang tentu aku akan beramal seperti orang mukmin itu”.

Al Jubba’i :”oh’tidak bisa,Allah akan menjawab “oh bukan begitu,justru aku telah mengetahui’bahwa apabila kamu diberikan umur panjang maka kamu akan durhaka,sehingga nantinya kamu akan di siksa,oleh karena itu demi menjaga masa depanmu akan kumatikan kamu sewaktu masih kecil sebelum kamu menginjak usia taklif”.

Al Asy’ari : “Bagaimana seandainya orang kafir tersebut menggugat kepada Allah dengan berkata,”Tuhan engkau telah mengetahui masa depan anak kecil itu dan juga masa depanku,tetapi mengapa engkau tidak memperhatikan masa depanku,dengan mematikan aku sewaktu masih kecil dulu,sehingga aku tergolong orang yang selamat seperti anak kecil itu dan engkau biarkan aku hidup hingga dewasa sehingga aku menjadi kafir dan akhirnya aku di siksa seperti sekarang ini”.
Mendengar pertanyaan Al Asy’ari tersebut Al Jubba’i menemui jalan buntu dan tidak mampu memberikan jawaban,Al Jubba’i hanya berkata”Kamu hanya bermaksud merusak keyakinan yang telah ada”.

Al Asy’ari :”Aku tidak bermaksud merusak keyakinan yang telah ada,akan tetapi guru tidak mampu menjawab pertanyaanku”.

Kedua: Bermimpi bertemu Nabi Saw.Suatu ketika pada permulaan bulan Ramadhan, Al Asy’ari tertidur dan bertemu Nabi Saw, Beliau berkata :”Wahai Ali tolongalah pendapat-pendapat yang di riwayatkan dariku, karena itulah yang benar”.
Setelah terbangun, Al asy’ari merasakan mimpi itu sangat berat dalam pikirannya, beliau terus memikirkannya apa yang dia Alami dalam mimpi itu. Pada pertengahan bulan Ramadhan, beliau bermimpi lagi bertemu Nabi Saw,dan beliau berkata :”Apa yang kamu lakukan dengan perintahku dulu”?
Al Asy’ari menjawab :”Aku telah memberikan pengertian yang benar terhadap pendapat-pendapat yang di riwayatkan darimu”. Nabi Saw berkata :”tolonglah pendapat-pendapat yang di riwayatkan dariku,karena itu yang benar”.

Setelah terbangun dari mimpinya Al asy’ari merasa terbebani dengan mimpi itu. Sehingga beliau bermaksud meninggalkan ilmu kalam, beliau akan mengikuti hadits dan akan terus membaca Alqur’an. Tetapi pada malam 27 Ramadhan, tidak seperti biasanya rasa kantuk yang begitu hebat menyerangnya, sehingga beliaupun tertidur dengan rasa kesal dalam hatinya, karena meninggalkan kebiasaannya untuk beribadah kepada Allah ta,ala. Dalam tidur beliau bermimpi bertemu lagi dengan Nabi Saw untuk ketiga kalinya, Nabi Saw berkata :”Apa yang kamu lakukan dengan perintah ku dulu”?. ia menjawab :”Aku telah meninggalkan ilmu kalam dan berkonsentrasi menekuni alqur’an dan Alhadits”.
Nabi Saw berkata :”Aku tidak menyuruhmu meninggalkan ilmu kalam, tetapi Aku hanya memerintahmu membela pendapat- pendapat yang di riwayatkan dariku, karena itu yang benar”.
Ia menjawab :”Wahai Rasullallah,bagaimana aku mampu meninggalkan madzhab yang yang telah aku ketahui masalah-masalah dan dalil-dalilnya sejak 30 tahun yang lalu hanya karena mimpi”?
Nabi Saw berkata:”Andaikan Aku tidak tahu bahwa Allah Akan menolongmu dengan pertolonganNya, tentu Aku menjelaskan semua jawaban masalah-masalah(ajaran mu’tazilah)itu. Bersungguh-sungguhlah kamu dalam masalah ini, Allah akan menolongmu dengan pertolonganNya”. Setelah terbangun dari tidurnya Al asy’ari berkata :”selain kebenaran pasti hanya kesesatan”.

Lalu beliau mulai membela hadits-hadits yang berkenaan dengan Ru’yah (melihat Allah di akhirat), syafa’at dan lain-lain. Ternyata setalah itu Al Asy’ari mampu memaparkan kajian-kajian dan dalil –dalil yang belum pernah di pelajarinya dari seorang guru, tidak dapat di bantah oleh lawan dan belum pernah di bacanya dalam suatu kitab 10

0 komentar:

 
berita unik